Peta land system atau sistem lahan misalnya menggunakan sistem Soil Taxonomy yang diadaptasi dari klasifikasi tanah USDA (1975 – 1990), dalam kedetailan Sub-Group. Dalam Soil Taxonomy klasifikasi tanah dibagi dalam 6 kategori, yaitu Ordo, Sub-Ordo, Great group, Sub-Group, Famili dan Seri. Sayangnya belum semua wilayah Indonesia tercakup oleh peta sistem lahan versi Soil Taxonomy LPT tersebut, padahal shp nya bisa diunduh secara gratis.
Kebutuhan peta tanah sebetulnya haruslah mempertimbangkan besaran atau luasan wilayah yang akan dianalisis. Jika untuk skala tapak seperti area kebun, tambang, dan proyek maka harus menggunakan skala peta tanah detail misal 1 : 5.000 atau 1 : 10.000. Sedangkan untuk perencanaan tingkat kabupaten jika merujuk PP Penataan Ruang (Baca juga : Harap Tahu Nih Bro… Peraturan Terkait Peta) yang dulu skalanya 1 : 50.000, kota 1 : 25.000, dan provinsi 1 : 250.000. Jika merujuk pada aturan tersebut, maka peta land system hanya bisa diaplikasikan untuk skala provinsi saja. Di tahun 2015 an dan mungkin sampai saat ini, BBSDLP telah membuat pendetailan SPT seluruh Indonesia menjadi 1 : 50.000, dan itu pas untuk perencanaan tingkat kabupaten / kota. Shp nya tentunya bisa didapatkan di BBSDLP di Bogor sesuai prosedur (bisa juga pesan secara online).
Salah satu yang menjadi sasaran tembak karena kesulitan memperolah peta tanah format shp, biasanya mendownload shp peta tanah FAO yang bisa didownload di sini. Sistem klasifikasi tanah FAO atau lebih dikenal dengan satuan tanah FAO dibuat tahun 1974 dalam rangka penyusunan peta tanah dunia skala 1:5.000.000 oleh FAO/UNESCO (1974)2. Sistem ini dikembangkan dengan dua kategori yaitu satuan tanah (soil units) dan sub-unit yang setara dengan Jenis Tanah dan Macam Tanah menurut sistem klasifikasi tanah nasional.
Jadi kalau melihat skalanya yang 1 : 5.000.000, shp peta tanah FAO sangat-sangat tidak layak jika digunakan untuk analisis wilayah provinsi sekalipun, apalagi untuk kabupaten/kota/tapak. Niat awalnya saja untuk penyusunan peta tanah dunia, jadi skalanya global, kalau secara teknis untuk skala negara mungkin masih bisa digunakan. Peta tanah FAO ini memang dibuat ‘hanya’ sebagai peta dasar yang menjadi dasar negara-negara yang akan mendetailkan peta tanahnya. Jadi kalau lagi punya proyek yang butuh peta tanah, ya jangan pakai shp peta tanah FAO ini, carilah yang lain, kecuali memang proyeknya menganalisis 1 negara Indonesia secara global, misal menyusun RTRWN. Namun sebagai bahan belajar klasifikasi tanah dan pengelolaannya secara SIG, Lintasbumi merekomendasikan shp peta tanah FAO sebagai bahan.
Konten Shp FAO Digital Soil Map of the World
Dari sumbernya, unduhan dalam format .zip dengan ukuran 22,5 mb. Isinya ketika sudah diekstrak adalah DSMW.shp (55 mb), dan file penyertanya (tabel jenis dan unit tanah, dan lainnya) sebesar 4,41 mb. Ada 12 field di dalam attribute table DSMW.shp, di mana yang menjadi intinya adalah FAOSOIL dan DOMSOI. FAOSOIL berisi nama unit tanah, sedangkan DOMSOI adalah tanah dominan di unit tersebut dalam sub group. Karena berisi klasifikasi tanah sampai sub group, ini berarti peta FAO lebih baik dari peta land system jika dilihat dari sisi struktur klasifikasi tanahnya. Sayangnya file shp ini belum mempunyai file georeferensi (.prj) jadi usahakan didefine projection dulu yaitu GCS WGS 1984.
Penggunaannya silahkan buka di software SIG, query dulu ke COUNTRY = INDONESIA. Khusus untuk Indonesia, jumlah row atau barisnya ada 1.166, yang jika disederhanakan di Indonesia terdapat 101 unit tanah versi FAO, dan untuk jumlah sub group tanahnya ada 44 jenis. Dari 1.166 row ada 22 di antaranya yang null yaitu tubuh air/water (WR) dan no data (ND).
Jika anda sudah mendownload shp tersebut, untuk melengkapi info jenis tanahnya anda harus membuat sebuah tabel kode tanah yang sumbernya bisa dicopy dari readme.doc. Lintasbumi sudah membuatkan sebuah file .csv yang bisa diunduh di sini. Penampakannya seperti gambar di bawah ini ketika dibuka di QGIS. Di DSMW.shp lakukan join antara field DOMSOI (di shp) dengan Kode (pada file kode_tanah.csv). Sehingga kemudian symbology atau legenda peta bisa disesuaikan (categorized) berdasarkan field Sub Group Tanah.
Selain kode group dan sub group tanah, di unduhan tersebut ada tabel BasicFilesSC.xls, di dalamnya berisi karakteristik dari masing-masing unit tanah (FAOSOIL). Sama seperti readme.doc, save as file tersebut sebagai file .csv, hilangkan baris dan kolom pertama yang kosong atau anda bisa mendownloadnya di sini.
Lalu join lagi dengan DSMW.shp, yaitu antara field FAOSOIL dengan field Mapping Unit Name pada file BasicFilesSC.csv. Field-field di dalam BasicFilesSC.xls itu berisi 9 field antara lain Mapping Unit Name, tekstur tanah, dominant soil, dan topografinya. Hasil join bisa terlihat seperti gambar di bawah ini ketika di klik. Bagi member Lintasbumi anda bisa mendownload DMSW yang sudah lengkap tersebut dengan request per provinsi sesuai kuota keanggotaan yang tersedia.
Jika ingin informasi tetap, save as (export) file DSMW.shp menjadi shp baru sehingga informasi yang terjoin sekarang akan permanen di file shp yang baru, namun hal ini lebih disarankan dilakukan di ArcGIS yaitu menjadi geodatabase agar nama lengkap fieldnya bisa panjang. Kemudian peta tersebut selanjutnya bisa digunakan sesuai keperluan misalnya untuk membuat peta kesesuaian lahan komoditas, kerawanan bencana, dan lainnya. Namun ingat ini skalanya 1 : 5 juta alias skala global, sebaiknya tidak dioverlay dengan peta-peta lain yang lebih detail karena hasilnya akan bias. Jika karena tidak ada data lain yang lebih detail, kalau sekedar untuk membuat gambaran jenis tanah wilayah saja sih mungkin shp FAO ini masih bisa lah digunakan.
Download Peta Jenis Tanah
Bagi member Lintasbumi, anda bisa mengunduh shp peta jenis tanah untuk beberapa provinsi (dari berbagai sumber) sesuai ketersediaan, silahkan kunjungi Galeri Download Jenis Tanah.
Referensi
1 Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani, dan R.E. Subandiono. 2014. Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor
2 FAO/Unesco. (1974). Soil Map Of The World (Volume 1). Paris: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.
Leave a Reply