Dalam mengolah data spasial yang terkait dengan kondisi biofisik suatu wilayah, para pengguna SIG biasanya selalu melibatkan peta kemiringan lahan atau lazim disebut lereng (slope). Secara SIG peta lereng bisa dibuat sendiri dari DEM atau juga dari data sekunder. Namun data sekunder terkadang belum memenuhi kedetailan lereng yang diharapkan. Secara teori lereng adalah rasio jumlah pertambahan tinggi (sumbu) Y seiring pertambahan (sumbu) X, besaran lereng menginformasikan seberapa curam sebuah garis atau seberapa banyak (tinggi) Y meningkat seiring bertambahnya (panjang) X. Kemiringannya adalah konstan (sama) di mana saja pada garis. FAO mendefinisikan kemiringan lahan sebagi naik atau turunnya permukaan tanah, secara
Konten ini berbayar / khusus member, daftar menjadi Anggota Penuh untuk bisa membaca penuh.
Konten ini berbayar / khusus member, daftar menjadi Anggota Advance untuk bisa membaca penuh.