Salah satu alternatif peta jenis tanah gratis yang biasa digunakan dan didownload peta dijitalnya adalah peta jenis tanah versi FAO. Peta ini sudah tersedia sejak lama di situs FAO dan banyak direshare oleh banyak blog. Nah apa dan bagaimana sebenarnya karakteristik peta tanah FAO ini? Apa kelebihan dan kekurangannya? Simak postingan ini sebelum memutuskan mendownloadnya.
Tanah merupakan salah satu unsur penyusun bumi ini. Manusia tinggal di atas tanah, dan tanah merupakan media tumbuh tanaman pendukung kehidupan manusia, dan tempat mineral-mineral yang bisa dimanfaatkan manusia untuk kehidupannya seperti barang tambang. Bahkan tanah merupakan asal manusia, dan manusia akan kembali ke tanah ketika dia mati. Hubungan manusia dengan tanah adalah sesuatu yang sifatnya abadi sampai kiamat.
Karena manusia tinggal di atas tanah, otomatis segala kegiatan manusia pastilah mempengaruhi dan dipengaruhi kondisi tanah. Secara teorinya kondisi atau karakteristik tanah di setiap tempat di bumi ini berbeda-beda. Hal ini karena perbedaan faktor iklim, bahan induk, organisme, topografi dan waktu sebagai faktor pembentuk tanah. Dari kelima faktor itu, dalam hal pembentukan pengaruh dominan dimiliki oleh faktor iklim, sedangkan dalam karakteristik tanah dominan dipengaruhi bahan induk.
Karena begitu vitalnya peran tanah dalam kehitupan, tak heran analisis tanah begitu penting. Tanah sangat berperan dalam mendukung kualitas kehidupan manusia terutama pemenuhan pangan dan daya dukung lingkungan. Salah satu yang dilakukan di berbagai negara untuk mencari gambaran tanah adakah dengan melakukan pemetaan tanah. Pemetaan tanah adalah suatu proses menggambarkan tubuh alami tanah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan tanah yang digambarkan ke dalam unit-unit peta, dan menangkap informasi properti tanah untuk menafsirkan dan menggambarkan distribusi spasial tanah pada peta. Jadi dari pengertian itu peta tanah adalah peta yang menggambarkan tubuh alami tanah, klasifikasi dan kelompok tanah dalam unit-unit beserta sebaran spasialnya. Dalam konteks di Indonesia dikenal yang namanya Satuan Peta Tanah (SPT) yang diterbitkan oleh Balai Besar Sumber Daya Lahan dan Pertanian Kementerian Pertanian yang pusatnya ada di Bogor.
Baca juga : Satuan Peta Tanah BBSDLP
Peta tanah tidak akan lepas dari sistem klasifikasi tanah, dan di Indonesia paling tidak dikenal beberapa jenis. Misalnya Klasifikasi tanah yang disusun oleh E.C.J. Mohr pada tahun 1910, klasifikasi White yang mulai dikembangkan pada tahun 1931, pada tahun 1938, di tanah Deli disusun klasifikasi tanah Druif yang digunakan untuk pemetaan tanah di daerah perkebunan tembakau Deli. Lalu sistem klasifikasi tanah Dudal dan Soepraptohardjo tahun 1957, yang diadaptasi dari Sistem Thorp dan Smith (1949) dari Amerika Serikat, dan mengalami revisi di tahun 1961 dan 1981. Pada tahun 1974 dan 1975, mulai diperkenalkan sistem klasifikasi tanah dunia, yaitu “Soil Unit” dari FAO/UNESCO (1974) dan “Soil Taxonomy” dari USDA (1975)1. Jadi di Indonesia yang masih banyak digunakan sampai saat ini adalah sistem klasifikasi tanah Dudal dan Soepraptohardjo (Sistem Klasifikasi Tanah Nasional), FAO (1974) dan USDA (1975).
Shp Peta Tanah
Saat ini peta (jenis) tanah di Indonesia sudah banyak bertransformasi menjadi peta-peta tanah digital dalam format shp. Di tahun 90 an sampai 2010 an, Lintasbumi banyak menemui shp peta tanah yang kalau diperhatikan merujuk ke Soil Taxonomynya Lembaga Penelitian Tanah (LPT, sekarang BBSDLP), kerjasama dengan FAO. Shp-shp itu masih ditemui sih sampai sekarang untuk beberapa wilayah, skalanya kemungkinan rata-rata 1 : 250.000 atau lebih kecil lagi. Salah satunya yang ditemukan di dalam peta sistem lahan, jenis tanah dalam Great Group. Data-data itu banyak dishare oleh netter di dunia maya dan bisa diunduh secara gratis, namun tentunya kita perlu tahu tentang karakteristik dari data-data tersebut sehingga tidak salah dalam penggunaannya.
Baca juga : Unduh Peta Sistem Lahan (Land System) Indonesia Per Provinsi
Peta land system atau sistem lahan misalnya menggunakan sistem Soil Taxonomy yang diadaptasi dari klasifikasi tanah USDA (1975 – 1990), dalam kedetailan Sub-Group. Dalam Soil Taxonomy klasifikasi tanah dibagi dalam 6 kategori, yaitu Ordo, Sub-Ordo, Great group, Sub-Group, Famili dan Seri. Sayangnya belum semua wilayah Indonesia tercakup oleh peta sistem lahan versi Soil Taxonomy LPT tersebut, padahal shp nya bisa diunduh secara gratis.
Kebutuhan peta tanah sebetulnya haruslah mempertimbangkan besaran atau luasan wilayah yang akan dianalisis. Jika untuk skala tapak seperti area kebun, tambang, dan proyek maka harus menggunakan skala peta tanah detail misal 1 : 5.000 atau 1 : 10.000. Sedangkan untuk perencanaan tingkat kabupaten jika merujuk PP Penataan Ruang (Baca juga : Harap Tahu Nih Bro… Peraturan Terkait Peta) yang dulu skalanya 1 : 50.000, kota 1 : 25.000, dan provinsi 1 : 250.000. Jika merujuk pada aturan tersebut, maka peta land system hanya bisa diaplikasikan untuk skala provinsi saja. Di tahun 2015 an dan mungkin sampai saat ini, BBSDLP telah membuat pendetailan SPT seluruh Indonesia menjadi 1 : 50.000, dan itu pas untuk perencanaan tingkat kabupaten / kota. Shp nya tentunya bisa didapatkan di BBSDLP di Bogor sesuai prosedur (bisa juga pesan secara online).
Salah satu yang menjadi sasaran tembak karena kesulitan memperolah peta tanah format shp, biasanya mendownload shp peta tanah FAO yang bisa didownload di sini. Sistem klasifikasi tanah FAO atau lebih dikenal dengan satuan tanah FAO dibuat tahun 1974 dalam rangka penyusunan peta tanah dunia skala 1:5.000.000 oleh FAO/UNESCO (1974)2. Sistem ini dikembangkan dengan dua kategori yaitu satuan tanah (soil units) dan sub-unit yang setara dengan Jenis Tanah dan Macam Tanah menurut sistem klasifikasi tanah nasional.
Jadi kalau melihat skalanya yang 1 : 5.000.000, shp peta tanah FAO sangat-sangat tidak layak jika digunakan untuk analisis wilayah provinsi sekalipun, apalagi untuk kabupaten/kota/tapak. Niat awalnya saja untuk penyusunan peta tanah dunia, jadi skalanya global, kalau secara teknis untuk skala negara mungkin masih bisa digunakan. Peta tanah FAO ini memang dibuat ‘hanya’ sebagai peta dasar yang menjadi dasar negara-negara yang akan mendetailkan peta tanahnya. Jadi kalau lagi punya proyek yang butuh peta tanah, ya jangan pakai shp peta tanah FAO ini, carilah yang lain, kecuali memang proyeknya menganalisis 1 negara Indonesia secara global, misal menyusun RTRWN. Namun sebagai bahan belajar klasifikasi tanah dan pengelolaannya secara SIG, Lintasbumi merekomendasikan shp peta tanah FAO sebagai bahan.
Konten Shp FAO Digital Soil Map of the World
Dari sumbernya, unduhan dalam format .zip dengan ukuran 22,5 mb. Isinya ketika sudah diekstrak adalah DSMW.shp (55 mb), dan file penyertanya (tabel jenis dan unit tanah, dan lainnya) sebesar 4,41 mb. Ada 12 field di dalam attribute table DSMW.shp, di mana yang menjadi intinya adalah FAOSOIL dan DOMSOI. FAOSOIL berisi nama unit tanah, sedangkan DOMSOI adalah tanah dominan di unit tersebut dalam sub group. Karena berisi klasifikasi tanah sampai sub group, ini berarti peta FAO lebih baik dari peta land system jika dilihat dari sisi struktur klasifikasi tanahnya. Sayangnya file shp ini belum mempunyai file georeferensi (.prj) jadi usahakan didefine projection dulu yaitu GCS WGS 1984.
Penggunaannya silahkan buka di software SIG, query dulu ke COUNTRY = INDONESIA. Khusus untuk Indonesia, jumlah row atau barisnya ada 1.166, yang jika disederhanakan di Indonesia terdapat 101 unit tanah versi FAO, dan untuk jumlah sub group tanahnya ada 44 jenis. Dari 1.166 row ada 22 di antaranya yang null yaitu tubuh air/water (WR) dan no data (ND).
Jika anda sudah mendownload shp tersebut, untuk melengkapi info jenis tanahnya anda harus membuat sebuah tabel kode tanah yang sumbernya bisa dicopy dari readme.doc. Lintasbumi sudah membuatkan sebuah file .csv yang bisa diunduh di sini. Penampakannya seperti gambar di bawah ini ketika dibuka di QGIS. Di DSMW.shp lakukan join antara field DOMSOI (di shp) dengan Kode (pada file kode_tanah.csv). Sehingga kemudian symbology atau legenda peta bisa disesuaikan (categorized) berdasarkan field Sub Group Tanah.
Selain kode group dan sub group tanah, di unduhan tersebut ada tabel BasicFilesSC.xls, di dalamnya berisi karakteristik dari masing-masing unit tanah (FAOSOIL). Sama seperti readme.doc, save as file tersebut sebagai file .csv, hilangkan baris dan kolom pertama yang kosong atau anda bisa mendownloadnya di sini.
Lalu join lagi dengan DSMW.shp, yaitu antara field FAOSOIL dengan field Mapping Unit Name pada file BasicFilesSC.csv. Field-field di dalam BasicFilesSC.xls itu berisi 9 field antara lain Mapping Unit Name, tekstur tanah, dominant soil, dan topografinya. Hasil join bisa terlihat seperti gambar di bawah ini ketika di klik. Bagi member Lintasbumi anda bisa mendownload DMSW yang sudah lengkap tersebut dengan request per provinsi sesuai kuota keanggotaan yang tersedia.
Jika ingin informasi tetap, save as (export) file DSMW.shp menjadi shp baru sehingga informasi yang terjoin sekarang akan permanen di file shp yang baru, namun hal ini lebih disarankan dilakukan di ArcGIS yaitu menjadi geodatabase agar nama lengkap fieldnya bisa panjang. Kemudian peta tersebut selanjutnya bisa digunakan sesuai keperluan misalnya untuk membuat peta kesesuaian lahan komoditas, kerawanan bencana, dan lainnya. Namun ingat ini skalanya 1 : 5 juta alias skala global, sebaiknya tidak dioverlay dengan peta-peta lain yang lebih detail karena hasilnya akan bias. Jika karena tidak ada data lain yang lebih detail, kalau sekedar untuk membuat gambaran jenis tanah wilayah saja sih mungkin shp FAO ini masih bisa lah digunakan.
Download Peta Jenis Tanah
Bagi member Lintasbumi, anda bisa mengunduh shp peta jenis tanah untuk beberapa provinsi (dari berbagai sumber) sesuai ketersediaan, silahkan kunjungi Galeri Download Jenis Tanah.
Referensi
1 Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani, dan R.E. Subandiono. 2014. Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor
2 FAO/Unesco. (1974). Soil Map Of The World (Volume 1). Paris: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.