LINTAS BUMI – SIG, Inderaja, dan Perwilayahan

Cara Mendapatkan Nilai Elevasi Dari Titik Google Map / Earth Dalam Format Shp

Cara Mendapatkan Nilai Elevasi Dari Titik Google Map / Earth Dalam Format Shp

Salah satu fitur dalam Google Map atau Earth adalah adanya Google Terrain, yaitu peta yang menggambarkan bentuk fisiografi lahan (morfologi), seperti dataran, perbukitan, gunung, lembah, dan seterusnya. Data fisiografi itu pada dasarnya adalah perbedaan bentuk dan tinggi muka tanah atau elevasi. Nilai elevasi yang dijadikan dasar pembuatannya salah satunya berasal dari data DEM atau Digital Elevation Model.

Data DEM atau Digital Elevation Model menggambarkan atau memodelkan bentuk permukaan bumi melalui data-data ketinggian dalam bentuk grid atau raster. Contoh paling gres adalah DEMNAS atau DEM Nasional produk dari Badan Informasi Geospasial (Baca : Baru! Unduh DEM Indonesia Versi BIG (DEMNAS) Resolusi 8 Meter ).

Permukaan bumi seperti kita ketahui sangat bervariasi, ada yang datar, bergelombang, berbukit, bergunung, terjal/curam, dan sebagainya. Salah satu indikator yang biasanya dijadikan acuan dalam menggambarkan bentuk permukaan bumi itu adalah ketinggian lokasi. Tinggi lokasi atau elevasi itu biasanya mengacu ke tinggi pemukaan laut sebagai acuan (0 meter) –> mdpl (meter dari permukaan laut), atau kadang diistilahkan dengan datum vertikal. Namun perlu dicatat bahwa acuan datum vertikal di setiap spheroid berbeda-beda, dan sebenarnya tidak sama dengan tinggi muka laut.

Contoh Data DEMNAS

Selain DEMNAS, banyak data-data DEM lainnya yang sudah lebih dulu ada dan bisa diunduh secara gratis dengan resolusi spasial lebih rendah (rata-rata 30 meter), datanya pun bersifat global seperti misalnya SRTM (Shuttle Radar Topography Mission), ASTER GDEM (ASTER Global Digital Elevation Map), ETOPO, dan lainnya.



Salah satu penggunaan data DEM itu misalnya untuk melihat / memodelkan bentuk permukaan bumi yang dirasa lebih riil misalnya menggunakan fungsi hillshade. Pada intinya hillshade adalah teknik untuk memvisualisasikan medan yang ditentukan oleh sumber cahaya dan kemiringan serta aspek permukaan elevasi. (Baca : More Hilly Hillshade : Siapa Pemenang Blend Layer?, Global Mapper, ArcGIS Pro, Atau QGIS? )

Hillshade yang diblending dengan DEMNAS

Data DEM yang sifatnya global juga bisa kita lihat pada Google Maps atau Google Earth seperti nampak di bawah ini. Istilah di Google untuk peta DEM yang telah diblending dengan hillshade adalah Google Terrain. Sayangnya Lintasbumi belum memperoleh informasi valid mengenai sumber dari Google Terrain ini, apakah Google sendiri yang memetakan dengan wahana atau satelit khusus atau misalnya bersumber dari SRTM atau yang lainnya, dari beberapa sumber untuk wilayah Amerika katanya bersumber dari USGS National Elevation Dataset (NED).

Google Terrain

Seperti juga data DEM lainnya, data atau nilai ketinggian yang diperoleh oleh pengguna dari DEMNAS atau Google Terrain tentunya perlu dikomparasi, dikalibrasi atau bahkan diperbaiki dengan elevasi sebenarnya di lapangan misalnya menggunakan altimeter, atau info ketinggian yang sudah fix seperti di stasiun kereta api.

Keterangan elevasi dari permukaan laut di Stasiun Kereta Paledang Bogor (+246 M)

Di sisi lain, dengan gratisnya unduhan data DEM semacam SRTM, ASTER GDEM, ETOPO, dan dalam konteks nasional di kita yaitu adanya DEMNAS maka tentu jarang sekali kita memerlukan data nilai ketinggian dari Google Terrain. Jika pun kita memerlukan nilai ataupun profil ketinggian dari titik, atau lintasan yang digambar di Google Terrain (pada Google Maps/Erarth) maka kita bisa memanfaatkan fasilitas Show Elevation Profile di Google Earth.

Fasilitas Show Elevation Profile di Google Earth

Namun demikian dalam beberapa situasi dan kondisi yang tidak kita prediksi, di mana tidak ada data DEM di laptop kita namun kita memerlukan data ketinggian suatu lokasi yang kita petakan atau gambar. Pada kasus semacam itu bisa menggunakan Google Maps. Google Earth dan aplikasi online semacam TCX Converter atau situs semacam gpsvisualizer.com.



Bagaimana Memperoleh Data Elevasi Titik Google Map / Earth?

Apa yang harus kita lakukan pertama adalah memetakan lokasi yang ingin kita peroleh ketinggiannya. Caranya kita bisa membuat sebuah layer peta, lalu menggambar titik dan atau garis pada wilayah yang kita niatkan untuk dicari ketinggiannya. Hal itu bisa kita lakukan di Google Earth atau Google Map.

Jika kita melakukannya di Google Maps maka kita harus login ke akun Google kita terlebih dulu. Setelah itu buka menu My Place dan klik Maps, buat peta baru. Di dalamnya buat layer baru, nama menyesuaikan dengan kebutuhan anda. Setelah dibuat layer baru, klik tool gambar garis atau add path jika berupa garis atau tambahkan penanda (add placemark) jika ingin berupa poin. Contoh di bawah ini adalah garis seperti spiral yang mengitari area Gunung Ciremai. Kita pun bisa melakukannya di Google Earth (tanpa login), caranya sama tinggal anda klik Add Placemark atau Add Path.

Membuat garis di Google Maps dan mengekspornya ke KML

Setelah titik atau garis yang kita gambar menutupi wilayah yang kita inginkan, proses selanjutnya adalah mengekspor layer yang kita lakukan gambar tadi menjadi sebuah file KML atau Keyhole Markup Language yaitu file yang memodelkan dan menyimpan fitur geografis yang ditampilkan di Google Earth atau Google Maps. Jangan ekspor ke KMZ! Beri nama misalnya elevasi.kml, simpan di folder yang mudah anda cari.




Setelah itu kunjungi situs https://www.gpsvisualizer.com/elevation. Lihat kotak merah di bawah, pada menu Upload a file klik browse (telusuri) dan pilih file KML hasil ekspor tadi. Pada output pilih jenis file keluaran apakah ingin dijadikan GPX atau plain text (.txt). Setelah itu klik Convert & add elevation.

Mengekspor KML sekaligus menambahkan data elevasi ke dalamnya di situs GPS Visualizer

Selanjutnya akan muncul halaman GPS Visualizer Output, di mana di situ kita sudah bisa mengunduh file GPX atau .txt yang tadi kita tentukan sebelumnya (lihat kotak merah). Di bawahnya ada keterangan konten dari file GPX atau .txt tadi seperti apa, di mana kini di dalamnya selain kolom koordinat latitude dan longitude ada kolom altitude (m). Harap dicatat bahwa nilai altitude ini bukanlah didapat dari data Google Terrain, namun dari data DEM yang ada di server GPS Visualizer. Klik tulisan Download……txt tadi untuk mengunduh dan simpan di folder komputer yang mudah kita cari.

 

Pengolahan Pada QGIS

Kini setelah diunduh, buka file .txt tersebut di QGIS atau ArcGIS. Lintasbumi sendiri membukanya di QGIS terlebih dulu sebagai delimited text layer dengan Custom Delimiter = Tab. Untuk X Field = longitude dan Y Field = latitude otomatis terbaca QGIS, sedangkan untuk Z Field kita tentukan sendiri = altitude (m). Dari sini nampak bahwa garis KML yang kita buat di Google Map / Earth, setiap vertex nya dirubah oleh si GPS Visualizser menjadi titik dan ditambahkan (assign) nilai ketinggiannya. Setelah itu klik Add, maka di QGIS muncul titik-titik tersebut.



Kemudian titik tersebut diekspor menjadi shp, dan ketika dicoba dengan interpolasi IDW di QGIS untuk dilihat sebagai sebuah DEM hasilnya kurang representatif (kasar). Sayangnya lagi pada QGIS 3 metode interpolasi Kriging yang dulu ada si SAGA tidak disertakan. Maka sebagai alternatif bisa menambah Plugin Smart Map, di mana di dalamnya ada menu interpolasi Kriging, namun shp harus di UTM kan terlebih dulu.

 

Pengolahan Pada ArcGIS Desktop

Jika kita melakukannya di ArcGIS, maka dari Catalog klik kanan file .txt hasil ekspor tersebut, lalu pilih perintah Create Feature Class –> From XY Table. Pada proses ini pun X Field dan Y Field otomatis terbaca, namun untuk Z Field kita tentukan sendiri = altitude (m). Jangan lupa tentukan Coordinate System of Input Coordinates nya = GCS WGS 1984. Ouuput file menyesuaikan dengan kebutuhan kita sendiri, yang jelas selalu letakan di folder yang mudah kita cari.

Karena sudah langsung berupa shp, hasil konversi titik di ArcGIS kemudian diinterpolasi dengan metode Krigging (Ordinary dan Spherical). Hasilnya seperti bisa dilihat pada gambar di bawah. Sebelumnya dicoba dengan interpolasi metode IDW namun hasilnya kurang memuaskan. Penyajian peta tersebut sudah diblending dengan hillshadenya. Kita bisa mencoba berbagai metode interpolasi dengan parameter yang dicoba-coba untuk dirubah di mana hasil yang paling memuaskan menurut kita itu yang diambil.

Hasil interpolasi di ArcGIS

Jika diperbandingkan dengan Google Terrain aslinya tentu saja berbeda. Selain bergantung tipe interpolasi, hal ini juga tergantung dari banyak dan tingkat kerapatan titik yang didijitasi ketika membuat KML. Karena prinsipnya semakin banyak dan rapat titik elevasinya maka tentunya akan semakin baik untuk diinterpolasi.

Perbandingan hasil interpolasi Topo to Raster dengan Google Terrain asli

Demikian cara untuk memberikan nilai elevasi dari titik atau garis atau bahkan poligon yang digambar di Google Maps / Earth, di mana di sini menggunakan bantuan situs GPS Visualizer. Memberikan nilai tinggi pada titik juga bisa dilakukan pada ArcGIS, yaitu menggunakan tools Add Surface Information di 3D Analyst dengan data elevasinya berasal dari DEM eksisting semacam DEMNAS, SRTM, dan sebagainya. Sebetulnya ada 1 aplikasi yang disebutk TCX Converter dengan fungsi yang hampir sama, namun entah kenapa ketika dicoba elevasinya tidak muncul. Mungkin di antara anda ada yang sudah mencobanya, bisa berikan pengalamannya di komentar.



Exit mobile version