Tak bisa dipungkiri bahwa salah satu data penting yang menjadi sumber dalam pengelolaan data spasial adalah dari data raster. Jenis data raster yang paling umum adalah citra satelit, foto udara, dan kini hasil dari foto drone. Selain itu data raster juga bisa berasal dari foto hasil scan ataupun memfoto peta lain dengan kamera atau smartphone. Nah hasil foto atau scan tersebut biasanya belum mempunyai koordinat peta.
Setiap gambar atau data vektor sejatinya sudah mempunyai posisi ataupun nilai koordinat jika dibuka dalam software apapun. Misalnya foto sebuah peta berformat JPG bisa dibuka di aplikasi pengolah foto atau gambar semacam Photoshop atau Corel Draw. Ketika JPG tersebut dibuka di software foto atau gambar, masing-masing akan memunculkan koordinat sesuai posisi gambar di situ. Walaupun yang dibuka raster peta, namun koordinat tersebut bukanlah koordinat peta, karena sebuah koordinat peta akan membutuhkan informasi proyeksi peta dan datum yang sesuai dan itu hanya ada di software SIG atau Inderaja.
Maka cara yang umum untuk memberikan koordinat raster peta adalah melakukan proses Georeferencing. Georeferencing adalah mentransformasi posisi raster peta menjadi posisi (berkoordinat) peta. Koordinat peta yang umum digunakan di negara Indonesia adalah Geografis atau Proyeksi seperti UTM atau TM3. Istilah lain Georeferencing adalah registrasi peta, rektifikasi, bahkan yang lebih akurat namanya adalah ortorektifikasi.
Baca juga : Sekilas Tentang Koordinat UTM dan Perhitungannya
Georeferencing dilakukan di software SIG dan Inderaja, dan salah satu yang mudah adalah di QGIS yang hanya memakan waktu 1 menitan saja. Nah berikut ini adalah tahapannya.
Georeferencer QGIS
1. Buka QGIS, buka jendela Georeferencer dari klik Layer -> Georeferencer. Ini adalah tempat di mana kita melakukan semua proses inputting koordinat piksel dan peta yang sesuai, lalu melakukan proses transformasi posisi peta menjadi file raster baru.
Perlu diketahui jika sebuah raster yang belum berkoordinat peta dibuka pada QGIS, ketika dicek propertiesnya maka belum mempunyai informasi Coordinate Reference System (CRS), pun koordinat pointer masih salah (belum sesuai), baik itu untuk Koordinat Geografis maupun Hasil Proyeksi. Seperti nampak pada ilutrasi berikut ini.
2. Untuk memulai Georeferencing maka langkah selanjutnya kita buka file raster, dalam kasus ini adalah JPG peta Sumatera Barat dari Bakosurtanal (sekarang BIG). Buka melalui klik File -> Open Raster atau langsung klik icon Open Raster di bawah tulisan File. Lalu arahkan (browse) ke file JPG (atau format lainya) yang dimaksud.
3. Plot titik 1 sampai ke 4 (minimal 4 titik) dengan bantuan icon Add Point (sudah otomatis aktif). Sangat disarankan posisi-posisinya menyebar tidak berkumpul di lokasi yang berdekatan alias merata. Tentukan dari titik atau obyek di peta yang koordinatnya X dan Y (bujur / lintang) nya bisa diketahui/ jelas terbaca, dan tidak harus di sudut peta.
Setelah mempunya ancer-ancer 4 titik, lalu zoom ke titik pertama. Klik kiri mouse di titik dimaksud, misal di sini di sudut kiri atas yang berkoordinat 97° 30′ 0″ BT dan 0° 50′ o” LU atau UTM nya X = 333.066 meter Timur dan Y = 92.140 meter Utara (Zone 47 South / North, karena Sumbar terpotong garis khatulistiwa). Setelah klik muncul jendela Enter Map Coordinates.
Di jendela ini diinput nilai koordinat Geografis dalam derajat menit detik sesuai nilai di atas. Namun sebetulnya kita juga bisa menulisnya dalam format Derajat Desimal. Jika ditulis dalam format DMS maka tanda derajat, menit, dan detik tidak ditulis namun cukup dengan spasi. Tidak bisa juga ditulis E/W dan S/N di belakang angka, jadi penulisan atau pembeda E/W dan S/N adalah tanda negatif sebelum penulisan koordinat. Jadi di jendela Enter Map Coordinates untuk sudut kiri atas alias titik 1 ini ditulis X / East = 97 30 0 dan Y / North = 0 50 0. Setelah nilai koordinat diinput, klik OK.
4. Contoh penulisan dengan didahului oleh negatif adalah sebagai berikut, pada sudut kiri bawah (titik 2) di JPG Sumbar ini koordinat lintangnya adalah 2 30′ 0″ LS jadi ditulis di Enter Map Coordinates Y nya adalah -2 30 0, sedangkan X nya sama dengan titik 1. Klik OK dan ulangi di 2 titik lainnya.
5. Titik selengkapnya yang diambil oleh contoh ini adalah yang dilingkari merah, list koordinat asli dan yang diinput (Dest. X dan Dest. Y) bisa dilihat pada tabel di bawah gambar. Di tabel tersebut kita bisa menghapus titik, misalnya jika salah mengetikan nilai atapun mengganti nilainya di situ secara langsung (dalam format desimal).
Nilai residual atau RMS Error per titik bisa dilihat di sebelah kanan masing-masing titik. Sayangnya di sini tidak dimunculkan rata-rata residualnya. Ada teori yang mengatakan rata-rata residual pada hasil Georeference harus < 0.5 x resolusi piksel dalam satuan koordinat peta dimaksud. Jadi kalau nilai resolusi piksel 0,0010 derajat, maka maksimal rata-rata residual harus < 0.0005 derajat. Si JPG Sumbar ini sendiri jika diukur manual resolusi pikselnya = 1 (diasumsikan derajat), setengahnya berarti 0,5, jadi secara kasat mata nilai rata-rata residualnya OK.
6. Setelah itu klik Transformation Setting, di dalamnya tentukan Target CRS (jenis koordinat), jika tadi memasukan koordinat UTM maka jadikan UTM, Dalam contoh kasus ini tentu saja adalah Geographic – WGS 1984. Lalu tentukan output file (dalam format TIF), Resampling method defaultnya adalah Nearest Neighbour namun dipersilahkan memilih yang lain semisal Cubic (Convolution), Linear, dan seterusnya.
Kemudian optionalnya (tidak harus) kita bisa Set Target Resolution dengan memasukan ukuran resolusi (horisontal) yang diinginkan misalnya di sini ditulis 0.0009 (derajat) yang equivalent 100 meter. Kita pun bisa centang Save GCP points barangkali ada JPG / raster peta Sumbar lain setelahnya di posisi dan ukuran yang sama maka cukup diload file GCP nya. Setelah itu klik OK.
7. Setelahnya klik Start Georeferencing (Icon Segitiga Hijau), Done! File hasil georeferensi muncul, tutup jendela Georeferencer. Di bawah ini adalah posisi JPG Sumbar yang asli di mana jika dioverlay dengan basemap OSM posisinya jauh berbeda.
Sedangkan di bawah ini adalah ilustrasi di mana file Sumbar_Modified.tif yang sudah bergeorefernsi nampak tepat posisinya di wilayah Sumatera Barat yang ada di peta OSM.
Lintasbumi melakukan proses ini cukup dengan 1 menit 45 detik, dengan catatan titik koordinat yang dituju sudah diketahui atau dicatat sebelumnya, sehingga waktu penitikan dan penulisan koordinat menjadi lebih cepat. Teorinya semakin banyak titik (> 4) semakin baik, namun kadang menyebabkan bentuk proporsional peta menjadi tidak balance dan nilai residual malah bertambah.
Georeferencing sangat subyektif tergantung tangan user, jadi walaupun file yang digeoreferncing sama presisi posisi dan nilai residual antar user akan berbeda-beda walaupun mungkin cuma sedikit.
Leave a Reply