Peta Curah Hujan
Salah satu bentuk pengelolaan data curah hujan yaitu dalam bentuk peta curah hujan. Untuk membuat peta curah hujan tersebut ada berbagai metode yang biasa digunakan oleh para ilmuwan. Paling tidak ada 3 metode yang umum digunakan dalam membuat peta curah hujan yaitu pertama metode rata-rata aritmatik (aljabar), kedua metode Thiessen atau polygon Thiessen, dan ketiga adalah metode Isohyet.
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di antara dua garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua garis Isohyet tersebut. Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan tersebar merata, metode Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak dibanding dua metode lainnya (Triatmodjo, 2008)1.
Baca juga : Unduh Peta Sistem Lahan (Land System) Indonesia Per Provinsi
Data yang digunakan untuk berbagai metode itu sudah barang tentu data curah hujan baik harian, bulanan, atau tahunan. Data curah hujan itu bisa diperoleh dari arsip stasiun pengamatan iklim yang ada di wilayah yang akan dikaji. Sebaran stasiun pengamatan iklim tersebut seharusnya sih merata dan banyak agar hasil analisisnya juga ideal. Namun memang kenyataannya sulit sekali mendapatkan sebaran stasiun pengamatan curah hujan yang merata. Bisa jadi di suatu kabupaten atau kota hanya ada 1 atau 2 stasiun pengamatan curah hujan, misalkan hanya ada di kantor bupati atau dinas tertentu seperti dinas lingkungan hidup.
Selain sebaran stasiun pengamatan, time series dari data curah hujan juga menjadi penting. Kalau hanya untuk memetakan curah hujan di satu waktu misal 1 tahun atau 1 bulan, bisa digunakan data curah hujan di tahun atau bulan dimaksud saja (bisa curah hujan harian atau bulanan). Namun untuk peta curah hujan yang sifatnya jangka panjang, idealnya digunakan rata-rata curah hujan (baik bulanan atau tahunan) selama 5 atau 10 tahun ke belakang bahkan lebih lama lagi akan lebih baik. Lagi-lagi untuk mendapatkan data curah hujan dari stasiun pengamatan yang time series di kita memang agak sulit, kecuali mungkin stasiun pengamatan iklim di kantor pusat (kantor besar) BMKG atau di bandara-bandara. Khusus untuk BMKG sudah ada layanan online untuk mengunduh data iklim terutama curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan dan arah angin, dan lama penyinaran matahari dari berbagai UPT BMKG yang tersebar di seluruh Indonesia. Tentunya pengguna harus mempunyai akun di sana dan login terlebih dulu.
Jika mengalami kesulitan untuk mendapatkan data curah hujan yang ideal, beberapa alternatif data curah hujan bisa kita dapatkan secara online namun memang berasal dari situs luar negeri. Seperti misalnya dari Physical Sciences Laboratory, di mana mereka mempublikasi data curah hujan harian global (dunia) dalam format grid (NetCDF) yang berukuran 0.5º x 05º (sekitar 55 x 55 km) untuk seluruh dunia yang bisa dimanfaatkan oleh kita untuk membuat ishoyet. Data seperti ini masih ideal untuk digunakan analisis curah hujan pada wilayah yang luas seperti provinsi.
Alternatif lainnya bisa juga dari situs University of East Anglia, di mana mereka mempunyai lembaga penelitian iklim (Climate Reseacrch Unit / CRU) yang bekerja sama dengan beberapa pihak internasional yang konsen di data-data iklim. Di dalamnya pun tersedia data grid precipitation ukuran 0.5º x 05º yang tentu saja bisa diunduh secara gratis oleh publik.
Kalau kita rajin mencari selain sumber yang disebutkan di atas masih banyak lagi sumber-sumber online lainnya yang men-share data curah hujan seluruh dunia dalam bentuk grid yang bahkan ada yang sampai ukuran 0,25º x 025º. Kalau yang suka bermain dengan Google Earth Engine di sana juga tersedia banyak data-data grid curah hujan, yang bahkan sampai hari ini. Dari data-data itu kita bisa melakukan interpolasi ulang untuk membuat peta curah hujan sendiri. Bagi member Lintasbumi anda bisa unduh versi resmi dari pemda di galeri download.
Bagi yang bukan member dan sedang membutuhkan shp curah hujan skala provinsi se-Indonesia bisa mengunduh data shp curah hujan lainnya dari lintsbumi sebagai alternatif di sini. Tersedia gratis 34 provinsi (Papua belum dipecah). Adapun koordinat yang digunakan adalah World Cylindrical Equal Area – WGS 1984. Data curah hujan yang digunakan adalah rata-rata tahunan selama 10 tahun yaitu dari 2011 – 2020. Gambar ilustrasi depan postingan ini adalah tampilan keseluruhan dari shp peta tersebut.
Referensi
1 Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset.
ini yang dibuat jadi .shp sumber datanya darimana ? Google Earth Engine citra/radar apa ?
Untuk yang free, bisa dibaca di tabel atributnya sumber dari mana. Tks.
Datanya semoga dapat membantu, dalam menyelesaikan pekerjaan, terimakasih
Amin, terima kasih.
cara download datanya gimna ya kak?
Di halaman kedua ada link downloadnya. Untuk yang versi lebih baik harus menjadi member dulu. Terima kasih.