‘Jet Lag’ Berpindah Ke ArcGIS Pro : Beberapa Pengalaman Klak-Klik

‘Jet Lag’ Berpindah Ke ArcGIS Pro : Beberapa Pengalaman Klak-Klik

Ternyata ArcGIS Pro memang benar-benar merupakan lompatan jauh ESRI untuk meninggalkan ArcGIS Desktop, banyak perbedaan yang ditemui dari keduanya. Jadi walaupun sudah mempunyai dasar di ArcMap yang kuat, nyatanya banyak hal-hal baru dan bahkan tidak ada sama sekali di ArcMap yang membuat rada-rada memutar otak ketika menjalankan ArcGIS Pro.

Bisa dikatakan ArcGIS Pro adalah perangkat lunak pengolah dan pengelola data spasial yang baru, bukan software yang memperbarui ArcGIS Desktop. Namun ArcGIS Desktop tetap merupakan basis dari ArcGIS Pro. Karena sebagian besar berkonsep baru, Lintasbumi pun harus banyak nanya ke mbah Google dalam masa transisi pindah ke ArcGIS Pro. Tapi secara umum mudah difahami, apalagi bagi pengguna ArcGIS Desktop sebelumnya.

Berikut ini adalah beberapa pengalaman ‘jet lag‘ dan kesimpulan yang Lintasbumi dapat selama masa transisi berpindah ke ArcGIS Pro. Tulisan ini sifatnya dinamis, akan selalu ada penambahan mengikuti apa yang ditemukan selama menjalankan ArcGIS Pro dan komparasinya dengan ArcMap.

  • Sisi Desain

Yang pasti desain dan tata letak menunya jelas beda, beberapa nama menu (toolbar) sudah berbeda dibanding ArcGIS Desktop namun demikian beberapa istilah seperti Geoprocessing, Toolbox, Catalog, dan lainnya seperti yang biasa ditemukan di ArcGIS Desktop masih dipertahankan oleh ESRI. Satu hal yang paling jelas berbeda dibanding ArcGIS Desktop adalah tampilan, ArcGIS Pro secara umum terasa beda banget, lebih advance dan ‘segar‘, tapi ya seperti pernah diulas jadi kayak Mapinfo sih sekilas.

Satu hal penting lainnya yang paling terasa beda yaitu toolbar nya sedikit yang dimunculkan di awal jika dibandingkan dengan ArcMap. Fasilitas toolbar yang sesuai akan muncul bergantung kepada layer yang kita klik di content, lalu cek menu dan tab yang muncul di atasnya. Beberapa toolbar harus dicustomize dulu dari Options – Quick Access Toolbar agar muncul.

Option – pengaturan toolbar / quick access

Dark Mode, ini salah satu yang betul-betul baru. Yap di tampilan ArcGIS Pro kita bisa merubah theme nya ke Dark Mode seperti di bawah ini lho. Tentu saja ini sedikit menyenangkan bagi user yang iseng-iseng pengen ganti tampilan untuk mengusir kebosanan, dan bisa mengurangi kelelahan mata.

  • Format Data

Untuk jenis atau format data yang bisa dibaca pun masih sama dengan ArcGIS Desktop, hal yang baru adalah tidak ada lagi file MXD, namun namanya jadi project (.APRX), namun tetap saja satu project masih untuk satu layout peta. Namun untuk ini lintasbumi belum menelitinya lebih jauh.

Baca Juga : ArcGIS Rasa Mapinfo Professional : ArcGIS Pro



  • Kecepatan

Soal kecepatan juga terasa sih, misalnya loading pertama lebih cepat jika dibanding buka ArcMap (tapi ini belum dipastikan apakah tergantung spek komputernya?). Mungkin pada postingan mendatang lintasbumi akan coba mengeksplor lebih banyak lagi mengenai hal-hal tersebut.

  • Rakus Memori

Dari pengalaman bekerja di ArcGIS Pro, software ini sangat rakus memori alias RAM. Selama bekerja di awal minimal akan memakai RAM di atas 1 GB, kemudian jika melakukan analisis, layout, eksport dan sebagainya bisa memakan hampir 4 GB. Tentu saja ini mempengaruhi kecepatan memproses pada komputer dengan RAM yang pas-pasan. Lintasbumi menggunakan laptop Core I5 dengan RAM 8 GB saja beberapa proses lola alias lambat, karena sebagian RAM juga dipakai oleh sistem Windows dan aplikasi lainnya. Jadi kalau mau menggunakan ArcGIS Pro siapkan komputer dengan spek mumpuni.



About Lintas Bumi 130 Articles
Lintas Bumi adalah blog berbagi info, trik, dan data seputar dunia informasi geospasial baik nasional ataupun global.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*