Pengalaman Kuliah Di Magister Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) IPB (Bagian Akhir)

Pengalaman Kuliah Di Magister Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) IPB (Bagian Akhir)
‘Dipaksa lulus….’

Padahal Lintasbumi masih betah jadi mahasiswa (lagi) he he he. Anyway kuliah memang ada batasan waktunya, mau tidak mau harus menentukan pilihan di dekat garis finish, mau DO atau lulus? Ya jelas mau lulus donk… Selepas kolokium di awal semester 4 Lintasbumi bisa dikatakan full time ngurus kerjaan lagi. Nah tahu-tahu nih sudah semester 7 aja dan penelitian harus segera dibereskan, pihak prodi dan dosen pembimbing terus mengingatkan, bahkan ditandai dengan datangnya surat cinta alias peringatan DO dari pihak pasca IPB di awal semester 7. Sikon juga kurang berfihak karena budget untuk survey data ke lapangan masih ‘cekak’, sementara semester 8 harus lulus. Terpaksa akhirnya di semester 7 cari pinjaman sana-sini, dan dengan segala drama Alhamdulillah selesai juga di Februari 2020….

Baca Juga : Pengalaman kuliah ilmu perencanaan wilayah bagian 1

 

Masa-Masa ‘Kosong’ dan Tugas Akhir

Mulai semester 4 tidak ada kuliah lagi cuma kolokium (bagi yang belum), praktis sejak itu sudah jarang bertemu lagi dengan teman-teman kuliah. Semua sudah jalan sendiri-sendiri dan fokus ke penelitiannya masing-masing. Rata-rata mereka survey ada yang ke kampung halaman (sekalian libur dan memang wilayah tesis nya di sana), ada yang fokus di kos nulis tesis, ada yang sibuk cari data ke kementerian / lembaga. Lintasbumi sendiri malah tidak melakukan itu semua, pengesahan proposal penelitian pun baru dilakukan semester 5, atau 6 bulan setelah kolokium (jangan dicontoh ya ha ha ha!).

Selama 1 tahun sejak kolokium di awal semester 4 sampai awal semester 6, Lintasbumi tidak pernah “menyentuh” penelitian tesis sama sekali. Ada rasa malas yang luar biasa, Lintasbumi lebih “menenggelamkan diri” alias tergoda pada tuntutan pekerjaan dan proyek-proyek. Memang pilihan yang sulit seorang pekerja aktif berkuliah adalah mengkombinasikan waktu kerja dengan kuliah, apalagi jika didasari modal dengkul alias mengutamakan dapur ngebul.

Baru di awal semester 6 lah Lintasbumi menggarap penelitian Lintasbumi lagi, karena di awal tahun belum banyak kegiatan proyek, waktu luang banyak jadi selama 3 bulan di awal 2019 (Maret – Mei) Lintasbumi baru survey data primer di kampung halaman Lintasbumi di Kabupaten Kuningan karena penelitian Lintasbumi tentang hutan rakyat di sana. Setelah itu di bulan ramadhan 2019 (Mei – Juni) Lintasbumi memulai menulis, mengolah dan menganalisis data penelitian Lintasbumi, di akhir semester 6 (kalau tidak salah bulan Juli 2019). Alhamdulillah draft tesis Lintasbumi sudah berbentuk dan bisa dijadikan bahan bimbingan ke komisi pembimbing di Juli 2019 dan tak dinyana hanya 2 kali konsultasi, pembimbing sudah menyuruh untuk sidang komisi 2 di bulan Agustus dan itu pun Alhamdulillah diputuskan lanjut ke seminar hasil.

Lagi-lagi godaan kembali datang di semester 7, ketika sedang asyik-asyiknya mempersiapkan makalah seminar hasil, mulai September 2019 sudah harus dihadapkan kembali dengan tugas-tugas negara alias proyek. Seperti biasa Lintasbumi kalah lagi, lebih memilih pekerjaan daripada tesis, dan tentu saja konsekuensinya (seminar) tesis kembali terlupakan. Untungnya para pembimbing Lintasbumi faham betul dengan hal itu, secara mereka juga orang proyek, he he he. Maka gagal-lah target Lintasbumi untuk seminar hasil dan lulus di semester 7 karena sampai Desember 2019 waktu Lintasbumi betul-betul banyak tersita untuk pekerjaan, draft makalah seminar hanya jadi kenang-kenangan saja di tahun 2019.

Finally the last semester! di minggu pertama 2020 Lintasbumi betul-betul mencambuk diri karena sudah deadline untuk lulus (pan kudu lulus di semester 8) dan Januari 2020 adalah awal semester 8!! Draft makalah seminar digarap dan dikonsultasikan ke semua pembimbing, dan lagi-lagi langsung disuruh seminar hasil di tanggal 20 Januari akhirnya ngebutlah Lintasbumi memfinalisasi draft makalah seminar. Tak lupa membuat serta mengirim jurnal ke peringkat sinta 3 saja (JP2WD). Sebetulnya grammar pada abstak makalah seminar masih acak-acakan tapi akhirnya Lintasbumi gunakan bantuan situs check grammar saja.




Seminar

Di pertengahan semester 5 sudah ada teman kuliah yang menembus tahap seminar hasil penelitian. Seminar ini diselenggarakan di gedung seminar Pascasarjana IPB, tidak di ruangan prodi lagi. Seminar ini adalah mata kuliah yang tatap mukanya hadiri oleh mahasiswa dari prodi fakultas lain (kolokium biasanya hanya dihadiri mahasiswa dari prodi-prodi di satu departemen saja). Syarat menembus seminar ini tentu penelitiannya secara teknis sudah selesai alias ada hasil, dan harus disetujui semua pembimbing. Persetujuan itu biasanya dihasilkan lewat sidang komisi (sidkom) pembimbing. Sedangkan syarat lainnya adalah telah menghadiri minimal 5 kali seminar kelompok keilmuan sendiri dan 2 kali di kelompok keilmuan lain. Plus harus sudah menghadiri seminar umum IPB (wajib!) yang dibuktikan dengan tandatangan moderator di kartu kuning seminar.

Seminar hasil adalah ujian oral yang sesungguhnya atau pra sidang, karena pada seminar hasil hadirin bisa siapa saja, latar belakang keilmuan apa saja, pertanyaan bisa apa saja. Beban moral seminar pastinya lebih berat dibanding kolokium. Di sinilah diuji tidak hanya penguasaan pada penelitian yang dilakukan, tapi bagaimana performance, pengalaman dan jam terbang public speaking dalam mengatasi situasai dan kondisi audience yang beragam dan liar. Nervous alias gugup banyak dialami pemakalah, terutama yang belum siap atau tidak mempersiapkan diri, atau bermasalah dengan dosen pembimbing.

Banyak topik dan hasil penelitian yang bagus di seminar ini, namun karena pemakalah menyajikannya kurang meyakinkan terutama dalam menjawab pertanyaan audience, malah jadi kurang greget, bahkan ada yang harus diulang (dirombak banyak). Namun demikian selama Lintasbumi kuliah belum pernah sih menemui yang mengulang seminar sekalipun perombakan penelitiannya banyak. Sebaliknya banyak yang topiknya biasa saja, namun karena performance dari si pemakalahnya meyakinkan dan bisa menguasai audience, mereka lulus dengan meyakinkan.

Seminar hasil menunjukan bahwa penelitian kita diakui oleh orang-orang di luar keilmuan sendiri (internal kampus). Moderator pada seminar ditentukan H-1 oleh pihak pasca IPB dan berasal dari luar keilmuan si pemakalah. Performa si pemakalah adalah faktor yang menentukan. Di sini juga ada faktor keberuntungan, jika dalam 50 menit pemakalah tidak meyakinkan baik ketika presentasi atau menjawab pertanyaan, moderator bisa membantu atau malah ‘menjatuhkan’.

Hasil seminar terkadang bisa merubah isi penelitian (dirombak/modifikasi), bahkan mungkin diganti. Namun jika si pemakalah bagus performance nya, lancar-lancar saja, isi makalahnya meyakinkan dan semua pertanyaan bisa ‘dilibas’ dengan mantap, perbaikan biasanya lebih ke yang sifatnya redaksional/tulisan. Saran untuk merubah/mengganti isi atau topik penelitian pernah terjadi di beberapa seminar yang Lintasbumi hadiri, namun bisa jadi itu hanya lip service di seminar saja kecuali memang parah. Soalnya masih ada pembimbing koq yang bisa membela kita, untuk itu baik-baiklah dengan pembimbing selama pembuatan tesis, jangan pernah bermasalah, ikuti saja apa yang disarankan pembimbing agar beliau-beliau menjadi juru selamat ketika seminar dan bahkan sidang. Kehadiran teman-teman seangkatan dalam seminar juga penting karena akan mengangkat moral dan bisa membantu dengan mengajukan pertanyaan yang memudahkan.



About Lintas Bumi 124 Articles
Lintas Bumi adalah blog berbagi info, trik, dan data seputar dunia informasi geospasial baik nasional ataupun global.

8 Komentar

  1. Selamat, Mas!
    Alhamdulillah sy dapat rejeki lanjut kuliah S2 PWL di IPB juga. Mahasiswa per 13 Agustus 2021 ini.
    Beasiswa dari Bappenas, digeber 1.5 tahun harus selesai :-/
    Mohon bantuan dan pesan dari Mas sbg alumni jika diperlukan 🙂
    Mohon doanya juga

  2. Keren mas tulisannya!
    Saya berminat untuk melanjutkan studi magister saya di PWL IPB dengan biaya pribadi, dilihat dari tulisan mas diatas. Apakah mungkin jika kita join proyek prof untuk thesis mengurangi budget? atau apakah dalam hal penyelesaian survey membutuhkan biaya yg tinggi mas? terima kasih

    • Semoga lolos dan bisa kuliah di pwl dengan lancar. Kreatif saja nanti ketika kuliah misal deketin dosen, siapa tahu bisa diajak project yang bisa dijadikan tesis. Data-data bahan tesis bisa juga dikumpulkan selagi kuliah biar ringan.

  3. kalau yg freshgraduate dari arsitektur dan berminat mengambil keilmuan ini kira-kira hal2 awal yg harus dipelajari untuk pemanasan sblm masuk kelas apa saja ya?

    • Pada dasarnya dari keilmuan apapun bisa masuk pwl. Beberapa teman mimin dulu ada juga yang backgroudnya arsitek, ekonomi. Yang jelas punya dasar statistik dan sig/inderaja akan membuat lebih tokcer ketika kuliah.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*