Dalam postingan ini Lintasbumi tidak bermaksud untuk mengagungkan ilmu perencanaan wilayah, karena ilmu apapun tidak ada yang bisa berdiri sendiri, perlu didukung disiplin ilmu lain. Permasalahan di dunia ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu ilmu saja. Postingan ini merupakan sambungan tulisan dari blog lama. Lintasbumi berharap mudah-mudahan bisa memberi informasi dan memotivasi yang ingin kuliah S2 walkhusus ke PWL IPB, dan ini bukan promosi atau apapun, just intermezzo.
Pentingnya Perencanaan
Merencanakan sesuatu dengan baik adalah suatu hal yang penting dalam sebuah kegiatan, agar hasilnya baik dan sesuai harapan. Makanya unit atau divisi perencanaan hampir selalu ada di semua lembaga, entah itu di pemerintahan ataupun swasta. Perencanaan yang dimaksud adalah dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya mengenai perencanaan wilayah namun seperti perencanaan program, perencanaan organisasi dan manajemen, perencanaan sumber daya manusia, keuangan, dan lain-lain.
Perencanaan juga penting dalam konteks pribadi, seseorang harus punya rencana tentang apa yang akan dilakukannya dalam menyongsong masa depan yang ingin dicapainya atau dicita-citakannya, tentu agar hidupnya lebih baik. Misalnya seseorang mempunyai rencana untuk melanjutkan kuliah ke level master agar dalam pekerjaan gajinya lebih baik. Untuk sampai ke implementasi kuliahnya, tentu dia harus punya skenario atau rencana misalnya menabung untuk biaya kuliah atau mencari beasiswa, mencari info kampus dan prodi yang baik dan sesuai budget, menentukan kapan akan mulai daftar kuliah, dan seterusnya.
Lintasbumi pernah mendengar suatu perumpamaan, manusia masih bisa hidup tanpa makan dan minum, namun jika manusia tidak mempunyai harapan maka bisa dikatakan dia sudah mati bahkan bisa mati betulan. Manusia selalu berharap semakin hari semakin baik, berprinsip hari ini harus lebih baik dari kemarin, besok harus lebih baik dari hari ini. Namun di sisi lain manusiapun tidak ada yang tahu bagaimana situasi di masa yang akan datang, apapun bisa terjadi di masa depan. Artinya harapan untuk menjadi lebih baik di masa datang juga harus direncanakan agar juga bisa mengantisipasi kejadian-kejadian di waktu yang akan datang.
Hal ini karena kehidupan itu selalu ada perubahan baik yang terduga atau tidak, yang mana kadang bisa mempengaruhi usaha manusia untuk menggapai harapannya tadi. Dengan kata lain manusia harus selalu siap dengan perubahan di sekelilingnya dari level terkecil di keluarga atau lingkungannya sampai dunia atau bahkan alam ini. Saat ini dinamika perubahan di berbagai bidang begitu cepat terutama dengan semakin majunya teknologi informasi.
Dalam menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan itu, manusia tentunya perlu sebuah persiapan agar perubahan itu justru kalau bisa membantu menggapai harapannya, bukan sebaliknya. Makanya ketika mempunyai sebuah harapan, salah satu persiapannya adalah membuat sebuah rencana. Hal itu agar apa yang dilakukan untuk menggapai harapan sudah memperhitungkan berbagai hal yang mungkin terjadi selama prosesnya. Rencana itu bisa jadi tidak hanya untuk satu hal saja, karena harapan manusia tentunya juga banyak.
Bagaimana kalau punya harapan namun tanpa perencanaan untuk menggapainya? Sah-saha aja, karena membuat rencana atau tidak itu juga adalah sebuah pilihan hidup. Namun secara logisnya mustahil menggapai harapan tanpa usaha, dan usaha yang baik tentunya adalah usaha yang maksimal, terbaik, dan terukur, baik teknis ataupun non teknis, baik lahir maupun bathin. Usaha yang seperti itu pastinya hadir dari sebuah perencanaan yang baik, sekecil apapun. Prinsip bagaimana nanti harusnya diganti dengan nanti bagaimana.
Segala apapun yang terkait dengan kegiatan membuat, melaksanakan, dan mengevaluasi rencana maka disebut perencanaan, terlepas dari definisi teoritis akademis. Perencanaan adalah suatu usaha yang sistematis untuk menghadapi ketidakpastian di masa yang akan datang, di dalamnya ada poin-poin rencana.
Baca Juga : Pengalaman kuliah ilmu perencanaan wilayah bagian 1
Perencanaan Wilayah Versi Kuliah (Teoritis)
Perencanaan dalam konteks pengembangan wilayah tidak boleh asal, harus didasari oleh sebuah tujuan yang jelas, didukung oleh aspek ilmiah dan data-data yang baik. Membuat sebuah rencana juga harus luwes, selalu mengadaptasi dan mempertimbangkan semua dinamika yang ada. Namun apa yang direncanakan juga harus membumi dalam arti bisa dilakukan, jangan membuat rencana yang tidak bisa dilakukan atau di luar kemampuan kita untuk melaksanakannya. Begitu kira-kira filosofi dasar perencanaan yang saya peroleh ketika kuliah S2 di PWL.
Isu tata ruang adalah hal strategis utamanya di Indonesia. Tata ruang intinya menata penggunaan lahan, dan semua kegiatan membutuhkan tempat alias lahan. Jadi tata ruang akan menyangkut semua kegiatan manusia baik secara pribadi ataupun sebagai sistem sosial. Nah karena tata ruang itu menyangkut aspek yang sangat luas, dia bisa berkaitan dengan alokasi dan pengelolaan sumber daya alam, sosial, ekonomi, bahkan politik dan sebagainya.
Kenapa diperlukan tata ruang ya? Secara teoritis penataan ruang (dalam hal ini lahan) diperlukan mengingat situasi, kondisi, dan permasalahan pembangunan saat ini semakin kompleks. Misalnya jumlah penduduk yang semakin bertambah pesat mendorong kebutuhan lahan juga bertambah tinggi, entah itu untuk rumah, sarana dan prasarana pendukungnya (infrastruktur), dan lain-lain. Di sisi lain ketersediaan lahan sangat terbatas, timbulah persaingan penggunaan atau pemanfaatan lahan dan terjadilah apa yang dinamakan konversi lahan.
Konversi lahan selalu saja berkonotasi tidak baik, umumnya dikaitkan dengan perubahan dari lahan yang bervegetasi (hutan, kebun, lahan pertanian, dan sejenisnya) menjadi lahan tidak bervegetasi atau terbangun (permukiman, sarana prasarana perkotaan, gedung-gedung perkantoran, kawasan industri, dan sebagainya). Dari kacamata orang lingkungan vegetasi (pohon/hutan) adalah indikator kualitas lingkungan yang masih baik, karena fungsinya banyak. Jika konversi lahan dibiarkan begitu saja tanpa diatur atau direncanakan, vegetasi menjadi hilang dan dikhawatirkan di masa depan akan terjadi kerusakan lingkungan dan bencana yang dampaknya merugikan juga secara ekonomi, politik, bahkan bisa menimbulkan korban jiwa, sesuatu yang tidak kita harapkan.
Tidak ada yang tahu pasti akan seburuk apa jika konversi lahan itu terus dibiarkan di masa yang akan datang. Bencana-bencana alam yang berhubungan dengan lahan/tanah yang telah terjadi biasanya selalu dikait-kaitkan dengan terus berlangsungnya konversi lahan yang tidak terencana dan terkendali. Apalagi jika menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi yang tidak sedikit, tata kelola lahan yang salah semakin dihakimi sebagai biang keladinya.
Dari hal-hal itulah kemudian semua pihak belajar dan membuat rencana agar tata kelola lahan bisa memenuhi untuk semua aspek kebutuhan manusia (pembangunan), namun di sisi lain juga tidak akan menimbulkan kerusahan terhadap lingkungan (utamanya lahan). Di situlah kemudian perlu adanya sebuah rencana pemanfaatan ruang atau lahan yang saat ini didasarkan pada keseimbangan hal yang sekarang populer disebut pilar pembangunan berkelanjutan yaitu aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. Perlu sebuah rencana penataan pemanfaatan lahan yang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini tapi juga untuk menjaga kondisi di masa depan yang tetap baik atau bahkan lebih baik.
Sebuah perencanaan wilayah bukan hanya berkutat di seputar perencanaan, pengaturan, ataupun penataan pemanfaatan aspek biofisik lahan saja. Secara teoritis dia harusnya memandang suatu wilayah secara holistik. Selain biofisik, tentunya perencanaan wilayah harus menyangkut dan mempertimbangkan manusia yang berada di atas lahan yang direncanakan. Manusia yang memanfaatkan dan memperoleh dampak dari perencanaan dan pengelolaan lahan tersebut. Jadi perencanaan wilayah adalah sesuatu yang multidisplin, karena selain merencanakan biofisik juga merencanakan masusianya, yang artinya akan menyangkut perencanaan ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, budaya, bahkan politik, dan lainnya.
Baca juga : Pengalaman kuliah ilmu perencanaan wilayah bagian 2
Leave a Reply